468x60 Ads

.

05/03/11

Pemenang (ambigu)

Suatu hari saya dan teman saya melewati sebuah perempatan jalan, macet.
Semua pengendara tak ada satu pun yang mau mengalah satu sama lain, semua ingin lewat, cepat.
Satu pengendara sepeda motor tetap memotong mobil yang hendak lebih merapatkan jarak dengan mobil yang berada didepannya, agar tak kalah. Tentu pengendara mobil geleng kepala.
Ada juga mobil yang begitu rapat dengan mobil yang berada didepannya, kali ini saya yang mengendarai sepeda motor tak bisa melewatinya, diam menunggu pergerakan berikutnya dan berharap pengendara mobil disebelah saya lebih lambat menginjak gas atau lebih baik lagi jika dia mau mengalah dulu agar saya bisa memotong ke tepian jalan, saya rasa motor lebih baik disebelah kiri, masih bisa melaju walau jalannya kadang tidak bagus, lampu sein kiri terus saya nyalakan. Semoga dimengerti.

Tak ada polisi. Tak ada yang mengatur lalu lintas.
Mungkin, tiap tiap pengendara lah kini yang mestinya bisa mengatur, tidak macet tentu tidak mungkin, tapi mungkin jika teratur itu lebih baik, tapi kenyataannya? kita semua tau.
Ya, kini jalan jakarta adalah medan perang saat macet tak beraturan



Nah kini, saya ,masih menunggu, hingga akhirnya saya lihat kendaraan didepan mulai ada pergerakan, saya bersiap - siap. Namun apa yang terjadi? Saya terlambat, jalan saya telah rapat kembali, tak ada jalan, tak ada yang mau mengalah disini, mungkin, termasuk saya sendiri.
Setelah perlahan kemacetan dan kekacauan, jalan mulai agak membaik, dan saya melaju perlahan ditepi kiri jalan, "melewati sisi jalan yang jelek lebih baik dari pada lama terhenti". mengikuti sepeda motor didepan saya dan di ikuti motor lainnya dibelakang saya.
Sambil kembali merasakan macet saya sambil sedikit tersenyum aneh membuka kaca helm saya, lalu bertanya pada teman yang saya bonceng, "Tau tidak apa artinya menang saat seperti ini?".
Teman saya menjawab sekenanya, "Yang penting kita berada didepan, lebih dulu, menang."
Saya sedikit tertawa sambil masih menunggu pergerakan kendaraan yang masih terhenti dan membuat berkeringat, panas, "Iya, disini kalau kita mengalah, maka tak akan menang".
Saya dan teman saya tertawa.
****




0 komentar:

Posting Komentar